Sabtu, 04 Desember 2010

awal dalam memahami QHJ harus bener-bener Niat, ikhlas, yakin,..


Kok masih ada juga ya warga QHJ yang mudah terhasut oleh geng salafi rakitan?. Contohnya, kata mereka, pak KH. Ubaidah itu punya ilmu kanuragan, ilmu kanuragan itu syirik, syirik itu neraka. Jadi kesimpulan = ajaran KH. Ubaidah itu sesat/syirik, maka kita ini adalah jamaah syirik. Mari kita merenungkan sejenak agar kita tidak ikut2an jadi orang bodoh sebagaimana teman2 kita di geng salafi rakitan itu.

Pak KH. Ubaidah sejak th 1941 membawa ilmu Qur'an Hadits dari Mekah, yang selalu diperjuangkan mati2an adalah Qur'an Hadits, dan akhirnya yang sampai pada kita sekarang pun ya hanya ilmu Qur'an Hadits. Secara logika, jika KH. Ubaidah mengajarkan sesuatu selain Qur'an Hadits, misalnya ilmu2 kanuragan, insya Allah saya pun saat ini sudah dapat ilmu2 kanuragan itu. Tapi nyatanya hal ini jauh sekali dari persangkaan orang2 bodoh itu.

Mereka bilang bhw pak KH. Ubaidah mengajarkan ilmu2 kanuragan yang syirik kepada santri2nya. Maka kesimpulannya = KH. Ubaidah adalah seorang Dajjal/Penipu. Maka saya disini terangkan berdasar yang saya tahu dan alami.

Pertama kita harus memperhatikan apa yang dibilang oleh sahabat Ali bin Abi Thalib: "Unzhur Maa Qiila Walaa Tanzhur Man Qaala" (lihatlah apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan). Nah, coba resapi sekali lagi, apa yang selalu didengung dengungkan dan dibesar besarkan oleh KH. Ubadah sejak dulu? Tidak lain hanya Qur'an Hadits, bukan ilmu2 syirik yang mereka sangka.

Ada pertanyaan: "Bagaimana dengan foto2 yang terpampang pak KH. Ubaidah pegang2 ular?, apakah itu bukan ilmu kanuragan?". Maka saya terangkan, bahwa untuk memegang ular saja tidak perlu pakai ilmu2 kebatinan, yang penting berani, itu sudah cukup. Pernah lihat tayangan di televisi Panji si Penjinak Ular? atau Rob si Penjinak Buaya? mereka semua tidak pakai kanuragan, cukup keberanian dan pengetahuan tentang binatang2 tersebut.

Ada pertanyaan lagi (tepatnya pertanyaan bodoh): "Tetapi jika kenyataannya KH. Ubaidah dulu benar2 mengajarkan ilmu2 kebatinan/syirik bagaimana? berarti ilmu Qur'an Hadits yang dibawanya sejak dulu, jadi batal dong?". Maka saya terangkan bahwa di dalam Al Qur'an Al Kariim sendiri Allah sudah mewanti wanti Nabi Muhammad bahwa jika ia melakukan amalan syirik, tentunya itu akan merugikan dirinya sendiri, bukan orang lain.

Coba perhatikan ayat mulia ini:

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi".

Maka dosa apapun itu, pasti akan berdampak kepada si pelaku saja. Misalnya, si Budi melakukan dosa, tidak mungkin si Indra kecipratan dosanya si Budi. Dari ayat mulia tersebut misalkan Nabi Muhammad itu mengerjakan amalan syirik kepada Allah, tidak mungkin Abu Bakar As Siddiq kecipratan dosa syirik yang dikerjakan oleh Nabi kan?. Tidak mungkin umatnya ikut menanggung dosa syiriknya kan? (maaf, ini hanya permisalan saja).

Hal ini berlaku sama dengan pak KH. Ubaidah yang orang2 salafi rakitan itu persangkakan. Jika ia (KH. Ubaidah) mengerjakan syirik, ya dia pasti rugi sendiri, tidak mungkin saya yang polos2 gini kecipratan dosa syiriknya, bukan begitu?.

Argumentasi ini bukan tanpa dalil. Ini buktinya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا

"Barang siapa berbuat baik maka bermanfaat baginya. Dan barangsiapa berbuat kejelekan, maka berat untuknya sendiri".

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

"Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain"

Nah, dari penjelasan serba sedikit ini mudah2an tidak ada lagi wong iman yang terhasut oleh tulisan2 bodoh yang ditulis orang2 bodoh di blog2 mereka. Sebab kita bukan orang bodoh. Setuju?

Percaya itu sama Tuhan mas/mbak, jangan sama orang2 bodoh.

wali al fatah

Pembaca yang di muliakan Allah, coba lihat manuver terbaru salafi rakitan ini: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil7Wyd_uoeAEvaR5oT_LdBGR4A5ekTQqvkD_2FwpJI0v4mXify7iWzFCP5MvyLAUNOW4l-zj9bUHnqnqwidQ0698Z8dY3e6ueEwoLQ1RENoCmdG-SKk6VJ1LjtEMWNGBhgU6SbO8L6r5I/s1600/NULKH2.jpg

Wah, kebetulan saya baru lihat tuh ada klaim kadaluarsa dari Jamaatul Muslimin Hizbullah yang kayaknya jadi 'senjata' baru bagi para salafi rakitan. Jujur, manuver lucu ini membuat saya terpingkal pingkal melihat kelakuan orang2 yang tidak mengerti sejarah QHJ. Alih alih ingin meyakinkan orang2 bhw KH. Ubaidah itu 'mencil' dari Jamaah Hizbullahnya Wali Al Fatah, ternyata mereka sendiri belum tahu banyak siapa Wali Al Fatah sebenarnya.

Ada 2 jalur penyaksian siapa sesungguhnya Wali Al Fatah. 1 jalur dari warga QHJ sendiri, 1 jalur lainnya dari tanzim lain diluar QHJ di Indonesia.

Kita buka bareng2 yukkkk

I. JALUR DALAM (QHJ)

Dari jalur QHJ, saya pribadi pernah mendengar langsung secara panjang lebar pitutur mengenai Wali Al Fatah ini dalam usahanya 'meramut' Jamaah Darul Hadisnya KH. Ubaidah yang memang pada waktu itu amat sangat sering digegeri oleh massa dan media massa, tapi nyatanya tetap berdiri tegak sebagaimana Monas dengan izin Allah.

Begini cerita sebenarnya:

Pada awal mula kedatangan Wali Al Fatah (WAF) di Pondok Burengan, WAF dan 2 orang 'staffnya' mengunjungi KH. Ubaidah untuk mengajak bergabung Darul Hadis dengan tanzim yang baru dibentuknya (Jamaah Muslimin Hizbullah) sepeninggalnya dari partai Masyumi. Dengan dalih memperkuat islam berdasarkan QH, ia berani menjamin bhw nanti Jamaah Muslimin Hizbullah berani 'pasang badan' untuk setiap kegiatan pengajian2 QH Darul Hadis yang sering digegeri massa. KH. Ubaidah yang memang dari semula menginginkan agar QHJ ini lancar berkembang berbarokah, setuju dengan ide awalnya. Dari pertemuan awal maka muncullah suatu kesepakatan: Wali Al Fatah sebagai Imam yang mengatur umat, dan KH. Ubaidah sebagai Ulama rujukan masalah2 agama islam. Pertanyaannya, apakah pada kesepakatan itu KH. Ubaidah berbaiah kepadanya sebagaimana klaim dari salafi indon yang seperti biasa super ngawur? Tidak. Sebab pada masa itu KH. Ubaidah belum berani mengangkat bab masalah imamah kecuali hanya kepada 3 orang saja yang pada tahun 1941 telah menobatkan KH. Ubaidah sebagai amirul mu'minin. Siapa saja 3 orang ini? Mereka adalah: H. Nur Asnawi, H. Bahran, H. Sanusi. Nama terakhir adalah kakak kandung dari KH. Ubaidah. Bahkan ketika pertama kali WAF datang kepada KH. Ubaidah pada tahun 1953, para murid KH. Ubaidah di forum Darul Hadis belum sekalipun diturunkan ilmu mengenai bab imamah. Baru seputar sholat dan kewajiban2 umum muslimin saja. Hal ini sesuai dengan penyaksian murid2 KH. Ubaidah yang tentu saat ini mereka sudah lanjut usia.

Satu lagi, kenapa saya bilang KH. Ubaidah nggak mungkin berbaiah dengan WAF? Ingat dalil "fu bil bai'atul awal fal awal" kan?, tentu saja ketika KH. Ubaidah bersepakat dengan WAF pada waktu itu ia pun memberi kesempatan kepada murid2 Darul Hadis agar berbaiah kepada WAF (jika mereka mau), namun yang perlu diketahui, hal ini tentunya tidak berlaku bagi KH. Ubaidah beserta 3 orang yang sudah pernah mengangkatnya sebagai amirul mu'minin pada tahun 1941. Karena hal itu pasti akan kontradiktif dengan syariat QH yang dipegangnya sejak beliau menuntut ilmu di Makkah Al Mukarramah.

Tidak sampai berapa lama, janji tinggallah janji. Ternyata WAF sendiri tidak bisa dibilang sebagai orang yang bisa memegang amanat. Dari kesepakatan ingin menegakkan islam secara jamaah, ternyata beliau mempunyai niat yang berbeda yang cenderung ke arah politik (duniawi). Setelah banyak ditemui kejanggalan2 dari gerak geriknya yang tidak sak dermo, maka KH. Ubaidah beserta seluruh muridnya keluar dari tanzim Jamatul Muslimin Hizbullah dengan membentuk YPID (Yayasan Pendidikan Islam Djamaah), karena nama Darul Hadis sudah dilarang oleh pemerintah waktu itu, khususnya di daerah Jawa Timur.

Dari sini saya tidak akan menerangkan bagaimana kelanjutan tanzim YPID seterusnya, karena saya yakin para pembaca disini sudah lebih faham tentang sejarah QHJ daripada saya.

II. JALUR LUAR QHJ

Silakan dipikirkan dan diperhatikan baik baik

1. Jika pun Wali Al Fatah ini membawa misi QHJ yang sebenar benarnya (bukan berbasis keduniaan), mengapa ia tidak mau gabung dengan jamaahnya SM. Kartosuwiryo yang sudah di baiah lebih dulu tahun 1949? Kenapa ia malah membentuk tanzim/jamaah tandingan pada tahun 1953? Apa niat sebenarnya mendirikan "jamaah" tandingan ini?

2. Banyak warga QHJ sendiri menyaksikan bhw WAF bukanlah orang yang faqih dalam ilmu agama, ia hanyalah seorang utusan pemerintah rezim orde lama untuk "menandingi" kekuatan jamaah SM. Kartosuwiryo yang pada waktu itu memang sangat ekstrim, apalagi mereka tidak mau mengakui adanya pemerintah yang dipimpin oleh Bung Karno yang nasionalis. Bahkan pemikiran SM. Kartosuwiryo lebih didukung oleh Hasan Tiro (mantan tokoh GAM). Karena WAF tidak memiliki modal keagamaan yang mumpuni, maka ketika sayup sayup didengar ada seorang ulama yang "sakti mandraguna", dari Jawa Timur (KH. Ubaidah), maka segeralah ia mengajak bergabung bersama dengan tujuan agar tanzimnya kuat menghadapi tanzim SM. Kartosuwiryo.

Konotasi "sakti mandraguna" ini maksudnya adalah meski hampir di setiap pengajian yang diadakan KH. Ubaidah selalu digegeri massa, namun nyatanya tetap saja berdiri kokoh atas izin Allah. Hal ini justru menarik WAF dimana beliau adalah ahli dalam bidang politik pada rezim Orde Lama. (WAF adalah seorang wartawan yang juga Kepala Biro Politik).

3. Banyak yang menyaksikan bhw WAF bukanlah tipe orang yang bisa dipegang omongannya. Hal ini terbukti juga dari sepenggal sejarah berdirinya tanzim SM. Kartosuwiryo (NII). Ini sedikit cuplikannya:

23 Januari 1950

Peristiwa APPRA

Tahun 50 awal

RIS mulai bekerja dengan menarik M. Natsir sebagai PM pertama Indonesia. Pengangkatan M. Natsir disebabkan citra Sukarno yang telah terlibat PKI yang jelas musuh Islam khususnya dan masyarakat umumnya, maka dalam rangka menenangkan suasana juga dalam rangka azas manfaat tokoh-tokoh Islam yang membelot dengan mendudukan mereka di Parlemen RIS dalam menghadapi NII mengambil langkah pertamanya dengan diplomatik, diperintahkan Natsir untuk berupaya menundukan Imam SM Kartosuwiryo, maka diutuslan seorang ulama besar, A Hasan, namun sekembalinya dari berhadapan dengan Imam SM Kartosuwiryo, justru A Hasan kalah hujjah malah taslim kepada NII yang kemudian ditugaskan untuk bergerak di perkotaaan dengan menempatkan PERSIS sebagai lembaga pendidikan NII di perkotaan, sebagai akibat pada komitmen pada NII A Hasan tidak berusia lama dari kejadian tersebut beliau wafat ditembak seorang yang tidak dikenal. Selanjutnya Natsir mengutus Wali Al-Fatah untuk berhujah menghadapi Imam SM Kartosuwiryo akhirnya wali Al-Fatah kalah hujjah juga. Namun Wali Al-Fatah sekembalinya dari gunung mengatakan bahwa dialah yang menang hujjah dan malah mengatakan bahwa dialah sekarang yang memegang komando, tetapi tidak berpengaruh banyak.

sumber: http://abuqital1.wordpress.com/2009/08/03/h-masa-kejayaan-islam-1949-1950

Bagaimana? masih percaya dengan klaim kadaluarsa pengikut2 Wali Al Fatah bhw dialah amirul mu'minin yang sesungguhnya? Bahkan dibandingkan dengan imamah SM. Kartosuwiryo saja ia belum ada apa2nya.

Mmm, lagi lagi salafi rakitan membuat blunder. Nggak ngerti sejarah, kok mau ngomongin sejarah

Ada yang paling benarkah selain Jama'ah Qur'an Hadits / Qur'an Hadits Jama'ah.?!

Yang lucunya ada kaum yang merasa paling top dan merasa benar sendiri. Merasa mengikuti kelakuan para salafus shalihin yang nggak ada duanya di muka bumi. Tapi nyatanya jauh panggang dari api. Mau tahu apa julukan mereka? Ya, anda benar! Mereka terkenal sebagai "gerombolan" SALAFI (maksudnya adalah salafy imitasi atau salafi rakitan).

Sebenarnya tidak salah salah banget menyebut diri mereka dengan as salafi, al atsari, ahli hadits, atau al muwahidun, asalkan mereka benar benar mau konsekuen antara kelakuan dan ucapan.
Qur'an Learning centre (QLC)
Di banyak situs dan blog omong kosong mereka, seringkali mereka merasa 'ge er' dengan sebutan atau penisbatan diri dengan kata SALAFI, yang mana meski belajar langsung di Mekah Madinah dengan para ulama ulama terkemuka disana selama 10 tahun lebih, KH. Ubaidah sendiri tidak mau memakai istilah ini. Sebab sebagaimana kita ketahui, KH. Ubaidah lebih suka menyandarkan apa apa yang sudah "mentok langit" (istilahnya). Yang tidak ada bandingannya.

Contoh: mana ada ustad ustad salafi rakitan yang selalu istiqamah dan menomorsatukan "nasehat pokok" seperti yang warga QHJ punya. Buat saya, nasehat sederhana ini adalah nasehat yang maha penting untuk selalu dicamkan setiap manusia sampai mati:

"Satu satunya jamaah agar tetap menetapi, memerlukan, dan mempersungguh Quran Hadits Jamaah sampai tutup pol ajal matinya masing masing kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun keadaaannya"

Sungguh nasehat yang tidak ada bandingannya!

Nasehat sederhana ini adalah harga mati. Tidak bisa tidak. Karena sudah jadi aturan Allah dan Rasul seperti itu adanya.

Ada nasehat yang lebih dalam dan lebih tinggi derajatnya dibanding nasehat ini? Tidak ada. Karena nasehat ini adalah nasehat sapu jagad. Semua aspek ibadah di dunia tercakup di dalamnya. Mentok langit saya bilang

Jadi, buat apa ngaku "ana salafi" kalau cuma modal jenggot, jidat item pertanda bekas sujud, pinter kopi paste, pinter bahasa Arab, atau pinter berpropaganda saja tanpa ada konsekusensi ibadah menurut jalur dan tata cara yang seharusnya?

Maka saya katakan: tidak usahlah ikut ikutan tren dengan mengucap "ana salafi". Sebab kalau kita sudah secara konsekuen melaksanakan isi Quran dan Hadits secara mankul musnad mutasil, cukuplah bilang "saya Quran Hadits Jamaah". Dimana maksudnya "saya adalah seorang jamaah yang berlandaskan Quran Hadits dalam beribadah". Yang penting tetap luruskan niat karena Allah.

Quran Hadits Jamaah sudah cukup. Sesuai dalil:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Hai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada RasulNya dan ulil amri di antara kamu sekalian. Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Quran) dan Rasul (Hadits) jika kalian beriman kepada Allah dan hari kemudian... al ayat (QS.4:59)

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ
Dan barang siapa yang taat Allah dan RasulNya, akan memasukkan (Allah) kepadanya ke dalam surga

وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا
Dan barang siapa yang menentang Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan Allah, akan memasukkan (Allah) kepadanya ke dalam neraka

Jadi, masih ada penisbatan diri yang lebih mulia disisi Allah selain "Quran Hadits Jamaah"?