Jumat, 28 Januari 2011

SIKAP A’IMMAH AHLUS SUNNAH TERHADAP PARA PENDUSTA AGAMA

Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya’ At-Turots dkk di Indonesia – Update 22/02/2007
115
BAB IV
SIKAP A’IMMAH AHLUS SUNNAH
TERHADAP PARA PENDUSTA AGAMA
Ibnul JauziRahimahullah berkata :

“Termasuk kesalahan ucapan ahli zuhud –ketika mendengar celaan terhadap para pendusta- yaitu : “Ini adalah ghibah”. Sesungguhnya perkara ini adalah nasehat untuk Islam, karena khabar atau hadits terkadang mengandung kejujuran dan kadang berisi kedustaan, maka keadaan para perawi harus benar-benar diperhatikan”.
Yahya bin Sa’idRahimahullah berkata :

“Aku bertanya kepada Malik bin Anas, Sufyan Ats-Tsauri, Syu’bah dan Sufyan bin Uyainah tentang seseorang yang berdusta atau bingung dalam periwayatan haditsnya, apakah saya menerangkan keadaannya?” Mereka mengatakan :”Ya…terangkan keadaannya kepada kaum Muslimin”.
Syu’bahRahimahullah berkata :
“Kemarilah kalian, kita mengghibah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla”.

Ditanyakan kepada Beliau tentang menahan diri (untuk tidak membicarakan) Aban (nama seorang perawi-pen), maka Beliau menjawab:” Tidak halal menahan diri untuk membicarakannya karena ini adalah perkara agama”.
Ibnu MahdiRahimahullah berkata :

“Aku berjalan bersama Sufyan Ats-Tsauri melewati seseorang, Sufyan mengatakan: “Pendusta. Demi Allah karena dialah tidak dihalalkan diam bagiku, andai saja tidak demikian pastilah aku akan diam”.
Imam Asy-Syafi’iRahimahullah berkata :

“Jika seseorang diketahui ucapannya adalah dusta, maka tidak diperkenankan diam darinya dan itu bukanlah termasuk ghibah, sebagaimana para ulama ahli naqd tidak memberikan peluang kepada seorang perawi yang dijarh agamanya dalam rangka menerangkan kepalsuan yang ada atau selainnya”(Al-Maudhu’at, hal.50).
Saya (Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-MadkhaliHafidhahullah) mengatakan :

“Ini adalah alasan yang benar. Barangsiapa telah menempuh jalan mereka dalam melayani dan membela sunnah tatkala memuji orang yang berhak dipuji dan mencela orang yang berhak dicela, melawan, mempermalukan, mengungkap aurat serta membantah kebathilan ahli bid’ah dengan kebenaran dan ilmu, maka dia termasuk golongan mereka (para ulama-pen).

Dan barangsiapa menyelisihi para ulama dalam manhaj ini atau bahkan memusuhi serta melawan orang-orang yang mengikuti mereka kemudian loyal kepada orang-orang yang menyimpang, sesat, ahli bid’ah dan penipu, serta membela mereka mati-matian lagi bermain-main dengan akal orang-orang jahil dari kalangan manusia rendahan, mereka membingungkan umat dengan kedustaan, kepalsuan, tipuan dan kemaksiatan, sesungguhnya orang yang demikian keadaannya bukanlah dari golongan ahli sunnah dan pengikutnya”
(Al-Mahajjatu Al-Baidha’, Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-MadkhaliHafidhahullah, diterjemahkan
dengan judul Obyektifitas dalam Mengkritik, Cahaya Tauhid Press, Malang, hal.137-139)

Ini adalah petir hujjah Ahlus Sunnah terhadap para penyesat, penyimpang dan pendusta!! Maka sungguh suatu upaya penyesatan dan talbis dari golongan Hizbiyyin-Sururiyyin- Ikhwaniyyin-Surkatiyyin ketika menyelewengkan ceramah Syaikh Rabi’Hafidhahullah sebagai legalitas untuk menuntut Ahlus Sunnah berbuat “rifqan” dan “mawaddah” terhadap kesesatan Hizbiyyin dan petinggi-petingginya dengan berbagai manuver Hizbiyyah-Ikhwaniyyahnya!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar